Diriku tak lebih seorang hamba Allah yang tidak memiliki apapun dan siapapun, hina dan bodoh, mahluk paling merugi lagi banyak dosa kecuali Allah menunjuki, merahmati memberi kekuatan serta mencintai lagi meridloi dengan segala Kemaha AgunganNya. Sebuah Sejarah kematian menuju kehidupan hakiki.Melihat keadaan diriku yang tidak memiliki Ilmu baik Ilmu dunia maupun Akherat dan tidak pula memiliki harta benda yang berkecukupan ditambah dengan gunjingan teman-temanku, akhirnya aku membulatkan tekad berjuang dengan gigih untuk menemui Sang empunya Ilmu dan Harta yaitu Allah Ta’ala agar aku bisa mempunyai manfaat sebagaimana hakekat penciptaanku kerana mengharap ridlo Allah semata.
Akhirnya aku melangkahkan kakiku ke rumah Guru dunia, dari sana aku diberi nasehat, teori dan sejarah para Nabi dan Waliyullah serta disuruhnya aku berjalan menuju arah yang tepat dengan diberi bekal berupa :
1.Sholat 5 waktu
2.Sholat hajat atau Tahajud tengah malam pukul 24.00.
3.Membaca Wasilah kepada :
•Nabi Muhammad SAW. Dan Keluarga Nabi serta para Shahabat,
•Para Nabi 25 dan Nabi Khidir AS
•Wali Allah (Wali Songo, Syeikh Abdul Qodir Jaelani dan Mbah Abi Hassan Sadeli)
•Para Malaikat 10 dan Malaekat Jabaniyah
•Ayah dan Ibu
•Saudara Islam semua baik yang masih hidup dan sudah wafat
•Kakang kawah Adi Ari-ari sedulur papat limo pancere urip
Yaitu dengan mengirim bacaan surat Al Fatikhah. Semuanya aku lakukan sepenuh hati karena Allah sehingga akau merasakan adanya perubahan di dalam jiwa dan ragaku, Kesabaran dan menerima semua keadaan apa adanya pemberian dari Allah sedikit atau banyak aku syukuri dan tafakuri bahwa semua gerak ragaku adalah berasal dari Allah.
Lalu aku mencari ujung kebenaran dan keyakinan dengan mengikuti langkah kakiku selangkah demi selangkah dan terus kuikuti gerak kakiku meskipun kakiku mendaki gunung yang menjulang tinggi tetap aku ikuti hingga aku letih dan berhenti kemudian aku duduk di atas sebuah batu dan melihat sungai yang mengalir lantas semua itu aku tafakuri.
Mendadak ada suara di dalam dadaku, “Nur, lihatlah apa yang ada di belakang dan di depanmu! Yaitu air yang mengalir itu, batu yang kamu duduki dan lihatlah pohon-pohon itu! Siapakah yang memberi makan dan minum pepohonan itu, siapa pula yang menjalankan air hingga mampu mengalir dan siapakah juga yang memberi makan dan minum batu ini hingga menjadi sebesar ini?” maka setelah aku tafakuri ternyata semua ini Allah Ta’ala yang menggerakannya seisi dunia ini, lalu aku berdzikir kepada Allah.
Saat itu aku berdzikir sendirian di atas gunung, teman-temanku adalah batu, air, pohon dan hewan hutan yang ada di gunung dan semuanya di beri hidup dan rahmat dari Allah dan hidup di sana terasa tenang sekali tidak ada maksiat. Berarti maksiat itu sumbernya dari manusia itu sendiri, dia berani melanggar cegahnya Allah.
Akhirnya aku tahu hakiki tentang benar dan salah, ternyata benar dan salah itu tidak di mana-mana itu semua ada pada diri kita sendiri-sendiri, ketika kamu tidak cerdik mengawasi tingkah laku mata, telinga dan lidahmu maka mutlak itu akan diancam oleh siksa neraka itulah salah, tetapi jika kamu cerdik menyelamatkan mata, telinga dan lidahmu maka kelak mutlak surga di hadapanmu,dan itulah benar.
Teman-teman ingatlah dirimu jangan kau lumuri dosa kalau kau ingin selamat maka berdzikirlah, bartawakallah dan bertafakurlah kepada Allah. Jika kamu ingat kepada Allah maka Allah juga akan mengingatimu, ingat itu wahai, anak-anakku dan saudaraku semua sejagad raya ini hanyalah sementara.