Kunci Serat Jamus Kalimasada

Kunci Ilmu Ghaib :
Kunci Serat Jamus Kalimasada pada kesempatan kali ini akan kita bahas sebagai wawasan dan wacana dalam khasanah dunia ilmu ghaib. Dengan kata Jamus Kalimasada tentu anda sering mendengar atau membacanya, ada yang menyebutnya berupa kaweruh/ pengetahuan ghaib, bahkan ada yang menganggap berupa jimat, ajian bahkan pusaka. Inilah keragaman pengetahuan khasanah ghaib dalam mengartikannya sesuatu yang tercipta dari cara pandang mereka secara pribadi. Mana yang benar mana yang salah hal ini tidak perlu diperdebatkan,semua kembali pada diri anda sendiri yang menilainya. Kunci Serat Jamus Kalimasada akan membahas suatu pengetahuan kejawen dari berbagai versi keilmuan.
Serat Jamus Kalimasada adalah nama sebuah pusaka dalam dunia pewayangan yang dimiliki oleh Prabu Puntadewa atau Yudistira dikenal juga dengan nama lain
Prabu Darmokusumo atau Samiaji,filosofi dari nama Samiaji adalah 'kula panjenengan sedaya sami" artinya saya dan anda (kita semua) adalah sama, maka Samiaji juga bisa diartikan juga tepa slira. Prabu Puntadewa kakak tertua sekaligus pemimpin dari para Pandawa. Jamus Kalimasada dalam pewayangan berupa pusaka yang berwujud kitab, dan merupakan benda yang sangat dikeramatkan dalam Kerajaan Amarta.

Asal-Usul Kata Kalimasada
Sebagian pendapat mengatakan bahwa istilah Kalimasada berasal dari kata Kalimat Syahadat, yaitu sebuah kalimat utama dalam agama Islam. Kalimat tersebut berisi pengakuan tentang adanya Tuhan yang tunggal, serta Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya.
Menurut pendapat tersebut, istilah Kalimasada diciptakan oleh Sunan Kalijaga, salah seorang penyebar agama Islam di Pulau Jawa pada abad ke-16. Konon, Sunan Kalijaga menggunakan wayang kulit sebagai media dakwah, antara lain ia memasukkan istilah Kalimat Syahadat ke dalam dunia pewayangan.
Namun pendapat lain mengatakan bahwa sebelum datangnya agama Islam, istilah Kalimasada sudah dikenal dalam kesussastraan Jawa. Pendapat ini antara lain dikemukakan oleh Dr.Kuntar Wiryamartana SJ. Istilah Kalimasada bukan berasal dari kata Kalimat Syahadat, melainkan berasal dari kata Kalimahosaddha. Istilah Kalimahosaddha ditemukan dalam naskah Kakawin Bharatayuddha yang ditulis pada tahun 1157 atau abad ke-12, pada masa pemerintahan Maharaja Jayabhaya di Kerajaan Kadiri. Istilah tersebut jika dipilah menjadi Kali-Maha-Usaddha, yang bermakna "obat mujarab Dewi Kali".
Kakawin Bharatayuddha mengisahkan perang besar antara keluarga Pandawa melawan Korawa. Pada hari ke-18 panglima pihak Korawa yang bernama Salya bertempur melawan Yudistira. Yudistira melemparkan kitab pusakanya yang bernama Pustaka Kalimahosaddha ke arah Salya. Kitab tersebut berubah menjadi tombak yang menembus dada Salya.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa istilah Kalimahosaddha sudah dikenal masyarakat Jawa sejak beberapa abad sebelum munculnya Sunan Kalijaga. Mungkin yang terjadi adalah Sunan Kalijaga memadukan istilah Kalimahosaddha dengan Kalimat Syahadat menjadi Kalimasada sebagai sarana untuk berdakwah. Tokoh ini memang terkenal sebagai ulama sekaligus budayawan di Tanah Jawa.

Kisah dalam Pewayangan
Salah satu kisah pewayangan Jawa menceritakan tentang asal-usul terciptanya pusaka Jamus Kalimasada. Pada mulanya terdapat seorang raja bernama Prabu Kalimantara dari Kerajaan Nusahantara yang menyerang kahyangan bersama para pembantunya, yaitu Sarotama dan Ardadedali. Dengan mengendarai Garuda Banatara, Kalimantara mengobrak-abrik tempat tinggal para dewa. Batara Guru raja kahyangan meminta bantuan Resi Satrukem dari pertapaan Sapta Arga untuk menumpas Kalimantara. Dengan menggunakan kesaktiannya, Satrukem berhasil membunuh semua musuh para dewa tersebut. Jasad mereka berubah menjadi pusaka. Kalimantara berubah menjadi kitab bernama Jamus Kalimasada, Sarotama dan Ardadedali masing-masing menjadi panah, sedangkan Garuda Banatara menjadi payung bernama Tunggulnaga.
Satrukem kemudian memungut keempat pusaka tersebut dan mewariskannya secara turun-temurun, sampai kepada cicitnya yang bernama Resi Wyasa atau Abyasa. Ketika kelima cucu Abyasa, yaitu para Pandawa membangun kerajaan baru bernama Amarta, pusaka-pusaka tersebut pun diwariskan kepada mereka sebagai pusaka yang dikeramatkan dalam istana. Di antara pusaka-pusaka Kerajaan Amarta, Jamus Kalimasada menempati peringkat utama. Kisah-kisah pedalangan banyak yang bercerita tentang upaya musuh-musuh Pandawa untuk mencuri Kalimasada. Meskipun demikian pusaka keramat tersebut senantiasa kembali dapat direbut oleh Yudistira dan keempat adiknya.
prabu Darmakusuma alias prabu Yudistira dari negara Amarta, setelah semua saudaranya (Pandawa) meninggal, beliau mengembara ke segala penjuru dunia. Beliau tidak dapat meninggal dunia selama beliau mengagem jimat pusaka "Jamus Kalimasada". Dan beliau mencari ada manusia yang dapat membaca dan membabar makna jimat pusaka miliknya.
Sampai akhirnya beliau mengembara ke Tanah Jawa. Di satu pihak, Sunan Kalijaga mengetahui dari kejauhan, ada sinar putih menjulang tinggi ke angkasa. Karena tertarik beliau mencari pemilik ataupun sumber sinar putih putih tersebut. Akhirnya ditemukanlah sumber sinar putih yang menjulang tinggi ke angkasa tersebut, yang berasal dari tubuh Prabu Yudistira yang bertapa di salah satu tempat di selatan Pulau Jawa. Dan terjadilah dialog antara keduanya.
Akhirnya Prabu Yudistira meminta Sunan Kalijaga untuk bisa membabar makna jimat pusaka Jamus Kalimasada. Setelah dibaca ternyata, jimat ini adalah kalimat syahadat, konon ada beberapa lontar dan pusaka keluar dari badan prabu Yudistira. Setelah dibaca oleh Sunan Kalijaga, maka wafatlah Prabu Yudistira.

Ada Beberapa Versi yang menginterpretasikan Jamus Kalimasada.
1. ada yang menginterpretasikan 2 kalimah syahadat
2. ada yang menginterpretasikan lahirnya pancasila
3. ada yang menginterpretasikan tokoh pewayangan pandawa lima
4. ada yang menginterpretasikan rukun islam dan solat
5. ada yang menginterpretasikan kaweruh wahyu keprabon
Dalam hal yang terpenting adalah jangan sampai kita kehilangan kandungan/makna dari Jamus Kalimosodo sebagai orang yang berpengertian jawa yang mendapatkan warisan dari leluhur Jawa.

Beberapa Versi yang menginterpretasikan Jamus Kalimasada:

1. Jamus Kalimasada menginterpretasikan 2 kalimah syahadat:
Kalimasada, dalam tradisi dikenal sebagai bentuk pengucapan lain untuk kalimah syahadah, sejajar dengan pengucapan sekaten untuk syahadatain. Tapi, berbeda dengan pembentukan istilah sekaten, istilah kalimasada konon punya akar yang lebih panjang, karena istilah ini sudah ada sebelum Islam.
Dalam pertunjukan wayang kulit yang paling dikenal adalah cerita tentang Serat Kalimasada (lembaran yang berisi mantera/sesuatu yang sakral) yang cukup ampuh dalam melawan segala keangkaramurkaan dimuka bumi. Dalam cerita itu dikisahkan bahwa si pembawa serat ini akan menjadi sakti mandraguna. Tidak ada yang tahu apa isi serat ini. Namun diakhir cerita, rahasia dari serat inipun dibeberkan oleh Dalang. Isi serat Kalimasada berbunyi "Aku bersaksi tiada Tuhan Selain Allah dan Aku bersaksi Muhammad adalah utusan-Nya",isi ini tak lain adalah isi dari Kalimat Syahadat.

2. Jamus Kalimasada menginterpretasikan lahirnya pancasila:
Kisah Kalimasada lama terekam dalam memori kehidupan orang Jawa hingga sekarang dan bertransformasi menjadi rujukan politik, ketika bangsa ini mengalami kebingungan saat baru saja merebut kemerdekaan dari penjajah Belanda, bangsa ini masih terpecah-belah belum bersatu-padu. Oleh karenanya para bapak pendiri bangsa ini mencari semangat pemersatu bangsa. Diketemukanlah cerita Kalimasada tersebut. Agar bisa diterima oleh seluruh etnis di Nusantara, maka disusunlah lima pemersatu bangsa yang disebut Pancasila, yang roh ajarannya berasal dari Kalimasada. Diharapkan dengan Pancasila bangsa Indonesia punya rujukan pemersatu. Dan itu berhasil hingga sekarang.
1. Ketuhanan yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah dan kebijaksanaan dalam permusyarawaratan/perwakilan.
5 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Transformasi dari Kalimasada menjadi Pancasila sangat dekat runutan sejarahnya. Oleh karenanya ketika Kalimasada diterjemahkan menjadi kalimat lain selain Pancasila, menjadi terasa aneh. Keanehan terjadi lantaran ada paradoks keyakinan dan sejarahnya.

3. Jamus Kalimasada menginterpretasikan tokoh pewayangan pandawa lima:
1. Yudisthira
Yudisthira merupakan sulung dari para Pandawa. Dia memiliki sifat jujur, adil, sabar, taat, dan penuh percaya diri. Dikisahkan juga bahwa selama hidupnya, Yudisthira tidak pernah berbohong. Yudisthira mahir menggunakan tombak sebagai alat perang. Dikisahkan juga bahwa setelah perang Baratayuda, Yudisthira adalah pemegang tahta kerajaan Hastinapura. Yudhistira mempunyai senjata “Jimat Kalimasada” alih bahasa dari kalimat Syahadat. Dengan senjata ini ia tidak pernah kalah ataupun putus asa menghadapi musibah, tidak banyak suudzon terhadap setiap orang. Sebagian pendapat mengatakan bahwa istilah Kalimasada berasal dari kata Kalimat Syahadat, yaitu sebuah kalimat utama dalam agama Islam. Kalimat tersebut berisi pengakuan tentang adanya Tuhan yang tunggal, serta Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya. Oleh karena itu Yudhistira merupakan gambaran Rukun Islam yang pertama yiatu Dua Kalimat Syahadat (karena disebutkan bahwa dia mempunyai Jimat Kalimasada.
2. Bima
Bima adalah anak kedua dari keluarga Pandawa. Bima diceritakan memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, jujur, tabah, dan patuh. Selain itu, Bima dikenal sebagai tokoh yang tidak suka basa-basi. Bima digambarkan selalu siap dengan senjata pamungkasnya yaitu Kuku Pancanaka yang diartikan sholat lima waktu haruslah ditegakkan dalam keadaan apapun. Julukan Ksatria Penegak ini merefleksikan Ibadah Shalat sebagai Tiang Agama atau Penegak Agama, oleh karena itu Bima digambarkan sebagai Rukun Islam yang kedua yaitu Menegakkan Shalat.
3. Arjuna
Arjuna adalah anak ketiga dari keluarga Pandawa. Dikisahkan Arjuna memiliki sifat mulia, cerdik, berani, berjiwa kesatria, imannya kuat, tahan terhadap godaan duniawi, gagah berani, dan selalu berhasil merebut kejayaan. Arjuna adalah tokoh yang paling rupawan diantara saudara-saudaranya. Arjuna digambarkan sebagai tokoh yang sangat tampan, lemah lembut, pemberani, pemanah ulung, pembela kebenaran, dan idola kaum wanita. Ini merefleksikan Ibadah Puasa wajib dibulan Ramadhan yang penuh hikmah dan pahala sehingga menarik hati kaum Muslim utk beribadah sebanyak-banyaknya. Keahlian Arjuna dalam bertempur dan memanah ini merefleksikan Ibadah Puasa sebagai senjata utk melawan hawa nafsu. Orang berpuasa banyak godaan hawa nafsu setan apabila tidak kuat menghindarinya pasti akan jebol pertahanannya. Arjuna merupakan gambaran Rukun Islam yang ke-tiga yaitu Puasa di Bulan Ramadhan hal ini karena dia mempunyai/ kesaktian yang tak terkalahkan, dan sesuatu yang menyenangkan pandangan, karena dia gemar Tirakat/bertapa (berpuasa) dan gemar menahan nafsu.
4. Nakula
Nakula adalah anak keempat dari Pandawa,dan lahir dari perkimpoian antara Pandu dengan dewi Madri. Nakula diceritakan memiliki sifat taat, setia, belas kasih, tahu membalas budi, dan menyimpan rahasia. Nakula memiliki saudara kembar, yaitu Sadewa. Nakula juga terkenal sebagai orang yang tampan, namun tidak seperti Arjuna yang rendah hati dengan ketampanannya. Nakula lebih membanggakan ketampanannya dan tidak mau mengalah. Kelebihan lainnya yang dimiliki Nakula adalah ilmu pengobatan, karena Nakula dipercaya sebagai titisan dewa Aswin, dewa pengobatan. Selain itu, Nakula lihai mengengendarai kuda, dan memiliki ingatan yang sangat tajam dan tidak terbatas. Nakula adalah gambaran Rukun Islam yang ke-empat yaitu Membayar Zakat hal ini karena dia gemar bersolek dengan pakaian bagus dan bersih, suka memberi serta belas-kasih pada kaum yang lemah, lambang orang kaya yang Dermawan/suka memberi infaq, shadaqah dan zakat.
5. Sadewa
Sadewa adalah bungsu dari Pandawa lainnya. Merupakan kembaran dari Nakula. Jika Nakula dianugerahi ketampanan, maka Sadewa dianugerahi kepandaian, terutama dalam bidang astronomi, sehingga Sadewa memiliki kemampuan meramal untuk masa depan. Sifat Sadewa adalah bijak dan pandai, bahkan Yudisthira pernah berkata bahwa Sadewa memiliki kebijaksanaan lebih tinggi daripada Wrehaspati, guru para Dewa. Sadewa digambaran sebagai Rukun Islam yang ke-lima yaitu Kewajiban pergi Haji hal ini karena Sadewa suka melancong, mengembara mencari ilmu dan hikmah di tempat-tempat yang bersejarah. Zakat dan Haji digambarkan sebagai dua ksatria kembar Nakula dan Sadewa, mereka jarang muncul sebagaimana zakat dan haji diwajibkan bagi orang yang mampu, kalau tidak ada Nakula dan Sadewa maka Pandewa akan runtuh dan hancur begitu pula umat Islam jika tidak ada para hartawan yang sanggup membayar zakat dan menunaikan ibadah haji, fakir miskin akan terancam kekafiran dan kemurtadan. Kesenjangan sosial tidak terjembatani.

4. Jamus Kalimasada menginterpretasikan rukun islam dan solat:
Dalam perkembangan selanjutnya, sang wali juga menyebarkan tembang yang bernuansa simbolisasi yang kuat. Yang terkenal karangan dari Sunan Kalijaga adalah lagu Ilir-Ilir. Memang tidak semua syair menyimbolkan suatu ajaran islam, mengingat diperlukannya suatu keindahan dalam mengarang suatu lagu. Sebagian arti yang kini banyak digali dari lagu ini di antaranya : Tak ijo royo-royo tak senggoh penganten anyar : Ini adalah sebuah diskripsi mengenai para pemuda, yang dilanjutkan dengan, Cah angon,cah angon, penekna blimbing kuwi, lunyu-lunyu penekna kanggo seba mengko sore : Cah angon adalah simbolisasi dari manusia sebagai Khalifah Fil Ardh, atau pemelihara alam bumi ini (angon bhumi). Penekno blimbing kuwi ,mengibaratkan buah belimbing yang memiliki lima segi membentuk bintang. Kelima segi itu adalah pengerjaan rukun islam (yang lima) dan Salat lima waktu. Sedang lunyu-lunyu penekno , berarti, tidak mudah untuk dapat mengerjakan keduanya (Rukun islam dan salat lima waktu) ,dan memang jalan menuju ke surga tidak mudah dan mulus. Kanggo sebo mengko sore, untuk bekal di hari esok (kehidupan setelah mati). Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane : Selagi masih banyak waktu selagi muda, dan ketika tenaga masih kuat, maka lakukanlah (untuk beribadah). Memang masih banyak translasi dari lagu ini, namun substansinya sama, yaitu membumikan agama,menyosialisasikan ibadah dengan tidak lupa tetap menyenangkan kepada pengikutnya yang baru.
Rukun Islam Ada 5 antara lain:
1. Mengucap dua kalimah syahadat.
Syahadat  ini memiliki makna mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan hati lalu mengamalkannya melalui perbuatan. Adapun orang yang mengucapkannya secara lisan namun tidak mengetahui maknanya dan tidak mengamalkannya maka tidak ada manfaat sama sekali dengan syahadatnya.
2. Mendirikan solat.
Shalat merupakan ibadah yang sangat agung kedudukannya dan Shalat mendapat perhatian dan prioritas utama dalam Islam. Keutamaan salat dan kedudukannya diantara ibadah-ibadah yang lain telah dijelaskan dalam Islam. Ia merupakan sarana penghubung antara seorang hamba dengan Tuhannya. Ia juga merupakan gambaran ketaatan seorang hamba akan segala perintah Tuhannya.
3. Menunaikan zakat
zakat adalah kewajiban menyisihkan jenis harta tertentu untuk disalurkan kepada sekelompok orang tertentu pada waktu tertentu.
4. Berpuasa di bulan Ramadhan.
Puasa Merupakan ibadah kepada Allah dan menjalankan perintah-Nya. Seorang hamba meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya demi Allah. Hal itu di antara sarana terbesar mencapai taqwa kepada Allah ta’ala.
5. Menunaikan haji di Mekah bagi yang mampu.
haji merupakan bentuk ibadah kepada Allah ta’ala dengan ruh, badan dan harta.
Dalam wejangan kejawen islam abangan.
Pituture leluhur menowo dedeg wajibe lan larangan kang dumunung ono Rukun Islam kang kudu di Imani kacaritakake koyo ing ngisor iki :
a. Syahadat : Anane Mahayu Hayuning Bawono cilike Keluarga, larangane Madon.
b. Sholat : Anetepi angen angen kang becik,’ ndedegi Pamikiran kang Agung netepi anane Sastro Jendro Hayuningrat kanggo ngudi laku kang becik, larangane Madat.
c. Poso : Kuoso nota Rasane Urip, maknane ngerti manowo Urip amung sadermo nglakoni, yen wistiti wancine ora nggowo opo-opo, kabeh anane soko panyuwunan kanggo nyukupi kebutuhan keluargane kang wujud soko ngunggulake Drajat Urip keluargane, larangane Mabuk.
d. Zakat : Madep mantep marang kuasane Gusti anggone njogo Kanugrahaan lan Rakhmat Pangeran marang barang Pribadi, anane ngluhurake Asmo larangane Main.
e. Haji : Tegen anggone mapakake Roso yo anane kumpule Urip Roso Pribadi marang Kuasane Urip Pangerane, kuoso njogo arum gandane asmo ono sajerone Urip, larangane Maling.

5. Jamus Kalimasada menginterpretasikan kaweruh wahyu keprabon:
Istilah jamus kalimosodo terdapat dalam kisah pewayangan baratayudha, suatu jamus/surat yang ada tulisannnya tentang pengertian/kawruh. “barang siapa mendapat kawruh ini ia akan menjadi raja/mempunyai kekuasaan yang besar. Kitab ini dimiliki oleh prabu yudistira(samiaji) yang selalu menang dalam peperangan dan akhirnya masuk surga tanpa kematian…memiliki dalam hal ini adalah bukan saling berebut tetapi saling berebut memiliki makna. Konon Presiden Soeharto memiliki dan menguasai intisari Kunci Serat Jamus Kalimasada, tak heran di era itu semua tatanan bisa berjalan dengan stabil dan terkendali, bahkan cuacapun antara kemarau dan penghujan seakan selaras tidak seperti di jaman sekarang.

Kalimasadha dalam Budaya Jawa
Dalam cerita pewayangan, dikenal pusaka keramat milik Prabu Yudhistira dari kerajaan Amartha, sebagai warisan dari Kyai Semar yakni Jamus Kalimasada. Jamus Kalimasada adalah pusaka untuk menangkal kesengsaraan, nasib celaka, bebendu atau hukuman dari Tuhan.
Kalimasada (Kalima usada=jajampi wari gansal) lima macam ‘jamu’ atau lima macam tindakan (lelampahan gangsal ) yang harus dilakukan setiap orang agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat (kawilujengan). Lima macam tindakan tersebut adalah:
1. Suci = setia, jujur
2. Sentausa = adil paramarta. tanggungjawab
3. Kebenaran= sabar, belas kasih, rendah hati
4. Pintar/kepandaian= pandai ilmu, pandai mengenakkan hati sesama, pandai meredam hawa nafsu
5. Kesusilaan= selalu sopan-santun, teguh memegang tatakrama
Langkah Kelima perkara tadi tidak boleh diabaikan salah satunya. Jadi harus dilakukan serempak bersama-sama, atau diistilahkan Jawa; ayam kapenang.
Sebutan ayam kapenang tersebut kemudian digunakan sebagai paugeran atau patokan yang menjadi petunjuk hidup. Dalam pewayangan, ayam kapenang tersebut menjadi perwujudan watak masing-masing Satria Pendawa Lima. Sehingga disebut sebagai ayam kapenang artinya telur ayam sak petarangan, yang mengandung maksud; pecah satu maka akan pecah semua. Ini untuk membahasakan guyub rukun nya para kesatria Pendawa Lima dalam tali persaudaraan, ada yang mati satu maka yang lain pasti akan membelanya.
Langkah Lima perkara tersebut harus dijalankan secara kompak bersama-sama, jika salah satu tidak jalan maka akan mengalami kegagalan. Seumpama, walaupun sudah menjalankan kesetiaan, kesentausaan, kepandaian, kesusilaan, tetapi buta akan kebenaran sudah tentu tidak menjadi manungso pinunjul. Kebenaran dilupakan, artinya tidak memahami akan benar salahnya tindakan, perbuatan, dan pekerjaan. Maka kesetiaan dan kesantausaannya hanya untuk mendukung kepada perbuatan, tindakan, pekerjaan yang tidak benar. Kepandaian dan  kesusilaannya juga hanya untuk membodohi (baca;Jawa; minteri) orang lain. Perbuatan demikian yang menjadikan musabab menganggap enteng segala bahaya dan resiko, yang tidak bisa ditolak hanya dengan doa, justru sebaliknya, niscaya manusia akan jatuh dalam duka dan kesengsaraan.

Arti Kalimasada terdiri dari beberapa bagian:
Ka= huruf/pengejaan Ka, Lima=angka 5, Sada= lidi/tulang rusuk daun kelapa yang diartikan Selalu, Jadi kelima ini haruslah utuh(selalu 5), Kelima unsur kalimasada teridiri dari:
1. KaDonyan(Keduniawian).
ojo ngoyo dateng dunyo yang arti singkatnya adalah jangan mengutamakan hal-hal yang bersifat duniawi, kebutuhan duniawi kita kejar tapi jangan diutamakan.
2. Ka Hewanan ( sifat binatang).
ojo tumindak kaya dene hewan, cotoh:asusila. amoral, tidak beretika dll.
3. KaRobanan.
Ojo ngumbar hawa nafsu yang arti singkatnya jangan memelihra hawa nafsu…nafsu itu harus dikendalikan.
4. Kasetanan.
Ojo tumindak sing duduk samestine yang arti singkatnya jangan bertindak yang tidak semestinya alias gengsi, sombong( ingin seperti Gusti), menyesatkan, berbuat licik dll.
5. KaTuhanan.
Gusti Allah iku tan keno kinoyo ngopo nanging ono yang artinya Gusti Allah tidak dapat diceritakan secara apapun tapi toh ada.
Pengertian Asli dari jamus kalimosodo diatas adalah isi murni dari pengertian sebenarnya, setiap orang boleh membungkusnya dengan bungkus apapun tetapi jangan sampai kehilangan makna aslinya, karena pengertian diatas adalah pengertian sebenarnya dari jamus kalimusodo.

Kunci Serat Jamus Kalimasada ada 3 wedaran utama:

1. Kunci Jimat Jamus Kalimasada
Kunci Jimat Jamus Kalimasada dalam perwujudtan jimat dalam versi kejawen merupakan simbol 5 huruf jawa yaitu Ha Na Ca Ra Ka, yang di artikan ono utusan (syahadatnya orang jawa), artian bahwa setiap manusia hidup merupakan utusan dari Sang Pencipta, dan untuk menghadap Sang Pencipta perlu ada utusan energi suci hidup itu sendiri. Dalam khasanah ilmu kejawen yakni sedulur papat lima pancer.  Kunci Jimat Jamus Kalimasada di kalangan pinisepuh kejawen seperti wedaran dari guru kami R.Tjakra Djajaningrat cukup mendayagunakan kelima huruf awalan hanacaraka yang di tulis dengan kunci ilmu jangkung aji saka dengan menggugah kekuatannya menggunakan kunci khodam huruf jawa. Sehingga menjadi jimat multi fungsi yang memiliki daya magis yang luar biasa.
2. Kunci Aji Jamus Kalimasada
Kunci Aji Jamus Kalimasada merupakan 5 keilmuan utama dalam ilmu ghaib kejawen di era lampau, terdiri dari Kanuragan, Jaya Kawijayan, Kawibawan, Pengobatan, Kebatinan. Di masa lampau ke 5 ilmu ini mutlak harus di kuasai kalangan bangsawan atau seorang pemimpin Raja. Tak heran banyak cerita raja-raja zaman dahulu sakti mandraguna.
3. Kunci Pusaka Jamus Kalimasada
Kunci Pusaka Jamus Kalimasada merupakan pusaka berupa keris atau tombak berpamor sodo sak ler yang di isi dengan kekuatan mantra Kunci Aji Jamus Kalimasada dan Kunci Jimat Jamus Kalimasada sehingga pusaka tersebut memiliki daya tuah yang luar biasa dan multi fungsi khasiatnya.

Semoga adanya Kunci Serat Jamus Kalimasada dapat menambah wawasan dan wacana dalam khasanah ilmu ghaib.

Dari berbagai sumber.
Previous
Next Post »